Rabu, 23 Februari 2011

Pelajaran-Pelajaran dari Alam

Oleh karena kebaikan tubuh adalah jauh lebih tepat diajarkan oleh IBU ALAM sendiri, maka tidak seorang pun yang rindu menikmati hidup akan berani melalaikan nasehatnya. Tanaman-tanaman tidak pernah bertumbuh dengan subur di tanah yang jelek, atau yang sudah habis unsur-unsur penyuburnya. Sebagian tanaman bertumbuh lebih subur di tanah atau iklim yang satu daripada di tanah atau iklim yang lainnya. Sebagian tumbuh subur pada dataran-dataran yang lebih tinggi dan yang lainnya di dataran-dataran yang lebih rendah. Hukum yang sama inipun tampaknya berlaku juga pada manusia. Bangsa-bangsa yang lebih gelap warna kulitnya lebih baik hidupnya pada daerah-daerah yang panas, sedangkan yang lebih putih kulitnya lebih baik pada daerah-daerah yang dingin

Jika kehidupan tanaman bergantung pada bahan yang bukan organik, maka kehidupan binatang bergantung pada bahan organik. Dan lagi, karena kehidupan tanaman telah diciptakan lebih dahulu daripada kehidupan binatang, maka kebenarannya adalah, bahwa dunia tanaman dapat terus hidup tanpa binatang, tetapi dunia binatang tidak mungkin dapat hidup terus tanpa tanaman. Demikianlah halnya bahwa tumbuh-tumbuhan hanya membutuhkan Ibu Bumi, namun manusia membutuhkan keduanya baik bumi maupun tanaman. Dengan kata lain, kehidupan tanaman bergantung pada tanah bagi kehadiran-nya, sedangkan kehidupan binatang adalah bergantung pada tumbuh-tumbuhan. Oleh sebab itu, maka makanan daging adalah bersifat tiruan, sehingga dengan demikian tidak cukup --- tidak mampu untuk mempertahankan kehidupan.

Sebab itu, sebagaimana halnya tanam-tanaman tidak mungkin dapat bertumbuh subur dengan makanan yang jelek, manusia pun tidak mungkin dapat bertumbuh subur dengan makanan yang jelek. Dan sekiranya orang dapat menyadari akan kenyataan, bahwa secepatnya sesudah tanah diberi pupuk, tanaman itu lalu bangkit dengan sehat dan kokoh, maka tidak akan sulit baginya untuk menyadari bahwa segera setelah ia memperbaiki makanannya sendiri, kesehatannya pun akan berkembang. Jadi, bukankah benar bahwa kesehatan seseorang itu bergantung pada makanan yang dimakannya, seperti juga halnya tanaman bergantung pada tanah dimana ia hidup?

Jika para penderita salah memilih makanannya yang merupakan penyebab dari penyakitnya, dan kebanyakan demikian halnya di zaman kita sekarang, maka tidak satupun jenis atau jumlah obat yang dapat menyembuhkannya. Namun demikian apabila terjadi sesuatu yang salah dalam organisme tubuh seseorang, maka ia pada umumnya akan pergi ke dokter, bukan untuk mencarikan dan menyingkirkan penyebabnya, melain-kan supaya disembuhkan, sementara penyakitnya tetap saja bertahan dan terus menghantarkannya makin hari makin dekat ke liang kubur. Dan jika kepadanya tidak diberi obat, maka ia akan membenci dokter. Mengapa tidak meneliti penyebab-nya itu pada makananmu yang setiap hari dan pada kebiasaan-kebiasaan hidupmu? Mengapa menggunakan obat padahal engkau perlu meminum air, udara bersih, matahari, jenis-jenis makanan yang tepat; berolah-raga; atau mungkin perlu membersihkan rumahmu, tubuhmu, dan sekitarmu?

Hendaklah sekarang dimengerti, bahwa setiap orang yang hidup oleh makanan yang jelek, atau hidup pada lingkungan-lingkungan yang tidak sehat dan kondisi-kondisi yang tidak bersih, akan menjadi sasaran penyakit dalam berbagai bentuknya, sama seperti halnya sesuatu tanaman yang ditanam pada tanah yang jelek dan lingkungan-lingkungan yang tidak teratur. Kemudian juga harus diingat bahwa makanan yang tidak seimbang ialah makanan yang jelek, tanpa memandang mutu maupun jumlah-nya; maka sebagaimana kebanyakan pupuk mematikan tanaman, demikian itu pula terlalu banyak makanan akan membunuh manusia. Apapun yang terlalu banyak akan sama saja jeleknya dengan terlalu sedikit. Oleh sebab itu, maka sakit adalah hanya merupakan amaran terhadap kebiasaan-kebiasaan hidup seseorang yang tidak sepatutnya. Tetapi sayang! Siapakah yang dapat mengerti, dan siapakah yang mau mematuhinya!

Apa lagi yang dapat menimbulkan penyakit-penyakit yang bukan bersifat keturunan atau komunikatif kalau bukan kehidupan yang salah --- kurang gizi, makanan “kurang bersih” dan haram (Imamat 11), kebanyakan makan, kurang membersihkan tubuh, kurang berolah-raga, kurang cahaya matahari dan udara bersih, hidup pada tempat-tempat yang kotor, lalai meminum cukup air di antara jam makan, atau barangkali merokok atau mengunyah tembakau, kebiasaan minum kopi, teh, atau minuman perangsang lainnya yang mendorong tubuh sampai kepada tenaganya yang terakhir? Yakinilah, bahwa penyakit-penyakit yang sedemikian ini seperti halnya kanker adalah akibat dari kehidupan yang salah. Kalau yang sedemikian ini bukan penyebab dari sakitnya si penderita, maka penyebab yang pasti dan terakhir, seperti yang dikemukakan di atas, ialah dosa melawan Dua Log Batu itu.

Alam mengajarkan, bahwa jika sebuah pohon mengalami sakit dari dalamnya dan bukan dari luarnya, maka apabila ia itu disemprot dengan jenis obat apapun hanya akan mempercepat kematiannya, membuang-buang obat, waktu dan tenaga orang. Tubuh manusia pun tidak terkecuali. Jika penyakit itu penyebabnya dari dalam, maka kebaikan apakah yang dapat dibuat untuk mencoba menyingkirkannya oleh menggunakan obat-obatan? Dalam hal yang sedemikian obat-obatan tidak akan menyingkirkan penyebab itu, melainkan justru akan lebih merusak dan mempercepat kematiannya.

Jika air tidak mungkin untuk men-dinginkan sebuah mesin dari kepanasan apabila radiatornya kosong, dan jika tidak ada lagi yang lain selain mengisinya dengan air yang akan mengatasi gangguan itu, maka mungkinkah me-nyembuhkan sesuatu tubuh yang sakit tanpa menyembuhkan penyebabnya? Pikirkanlah sejenak.

Memang benar, banyak orang men-derita penyakit-penyakit keturunan dan menular, namun terbanyak orang men-derita penyakit-penyakit yang disebabkan oleh kebiasaan-kebiasaan hidup yang keliru. Minuman-minuman alkohol dan bahan perangsang-perangsang lainnya, kue-kue yang mahal-mahal, gula-gula, makan yang berlebihan, kombinasi-kombinasi yang keliru, dan terlalu banyak produk makanan biji-bijian, --- salah satunya atau semuanya ini secara bersama-sama lebih kurang telah menimbulkan kesusahan manusia pada zaman ini dengan berbagai penyakit.

Sukar buang air besar adalah salah satu penyebab dari penyakit yang biasa diderita orang akibat dirinya sendiri karena pola makan yang keliru. Dan dalam sukar buang air besar itu sendiri terdapat penyebab dari sejumlah penyakit, seperti halnya buruknya peresapan zat yang dicernakan. Manusia tidak sewajarnya terkena sukar buang air besar, -- tidak, tidak akan pernah, sama seperti halnya saluran air tidak akan terkena penyumbatan selama hanya air yang mengalir melaluinya, yaitu satu-satunya barang yang oleh pembuatnya di-maksudkan untuk dialirkan melaluinya.

Makanan-makanan yang disajikan secara komersialpun terdapat di antara banyak penyebab-penyebab sukar buang air besar, oleh salah seorang anggota fakultas sebuah lembaga kesehatan tertentu ditulis sebagai berikut : “Karena makanan-makanan kita yang sudah dibudayakan dan cara sekaliannya itu mengisi perut dengan bahan-bahan beracun dan gas, maka mutlak perlu memberikan kepada diri sendiri suatu rangkaian saluran-saluran irigasi usus besarnya sedikitnya dua kali setahun supaya tetap sehat. Sakit kepala, demam, flu, sakit-sakitan pada usus, keluar lendir, gas, dan banyak lagi gangguan-gangguan menghilang sesudah satu atau dua kali pembersihan usus”.

Kita hendaknya jangan melalaikan kenyataan, bahwa Nuh telah menghayati 900 tahun kehidupan yang baik dan berbahagia, dan bahwa tidak ada satu catatan pun yang kita miliki tentang apakah ia pernah harus membuat penyegaran (irigasi) usus besar atau menderita akibat operasi! Daripada berharap pada penggunaan cara-cara tiruan bagi pembersih perut, mengapakah tidak memakan saja jenis-jenis makanan yang tepat, yaitu jenis-jenis makanan yang memelihara perut tetap bersih setiap hari setiap tahun? Lagi pula, suatu makanan yang seimbang bukan saja akan memeliharakan perut dari “berbagai bahan racun dan gas”, melainkan juga akan memberikan kepada seluruh tubuh mineral-mineral dan vitamin-vitamin yang perlu, yang mana tidak seorangpun dapat bertahan cukup lama dengan sehat tanpa memilikinya. Kemudian mengapakah membelanjakan uangmu untuk vitamin-vitamin hasil pabrik dan makanan-makanan yang tidak penting dengan harga-harga yang setinggi langit, padahal engkau dapat memperolehnya dari milik Alam sendiri, yang penuh vitalitas, dan dengan harga-harga yang serendah tarikan bumi? Ingatlah selalu, bahwa gizi-gizi tiruan sesungguhnya sama saja halnya dengan lengan-lengan tiruan ataupun kaki-kaki tiruan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar