Kamis, 24 Februari 2011

Apakah yang Harus Diketahui Oleh Seorang Pemakan Daging

Tidak seorangpun mahluk hidup boleh melalaikan kenyataan, bahwa pada mula pertama Allah berfirman kepada manusia : “Sesungguhnya, Aku sudah memberikan kepadamu setiap tumbuhan yang mengandung biji, yang terdapat pada permukaan seluruh bumi, dan setiap pohon kayu, pada mana terdapat buah sesuatu pohon yang mengeluarkan biji; hendaklah ia itu menjadi makanan bagimu”. Kejadian 1 : 29.

Ya, bahkan sesudah Adam jatuh dalam dosa dan diusir keluar dari taman itu, sesudah bumi melahirkan duri-duri dan onak, “makanan”nya masih tetap “tumbuh-tumbuhan”, tidak lagi tumbuh-tumbuhan yang bertumbuh di Eden tentunya, tetapi tumbuh-tumbuhan yang bertumbuh di padang terbuka (Kejadian 3 : 18). Sesudah air bah baharulah manusia diijinkan menggunakan makanan daging, dan sekalipun ia telah terbiasa memakan hanya daging binatang yang “halal” (Imamat 11), namun panjang umur rata-rata merosot dengan cepatnya sampai di bawah angka 200 tahun. Jelaslah bahwa makanan daging telah diijinkan untuk mempersingkat hidup manusia dan dengan demikian sengsara-sengsara yang telah didatangkan atasnya oleh perantaraan dosa yang terus meningkat, dan barangkali juga untuk memungkinkannya bagi dia untuk melaksanakan contoh upacara bayangan itu. Sungguhpun demikian, karena kini kehidupan segala-galanya adalah sangat singkat dan korban-korban tidak lagi dilaksanakan, maka pemakaian makanan Eden yang tidak berdaging itu dalam kondisi kita yang lemah sekarang ini bagi kita akan menjadi sangat perlu.

Karena menyadari akan terang ini, maka Daniel telah menolak untuk menajiskan dirinya dengan makanan raja. Ia telah memohon agar dia dan teman-temannya dapat diberikan “kacang-kacangan” (tumbuh-tumbuhan polong) bagi makanan mereka sehari-hari. Dan suatu percobaan selama sepuluh hari membuktikan makanan tumbuh-tumbuhan mereka yang sederhana itu jauh lebih unggul daripada makanan raja (Daniel 1 : 8 - 20).

Sejak kita telah melihat, bahwa pada mula pertama makanan yang diciptakan bagi kebutuhan manusia adalah bebas dari daging, maka secara pasti dapatlah kita menyimpulkan bahwa kesehatan dapat dengan sempurna dibangun dan jauh lebih baik dipelihara tanpa menggunakan daging. Sejarah mencatat bahwa apabila manusia hidup sedemikian ini, ia akan mampu mencapai kesehatan dan kekuatan yang unggul dan tahan hampir seribu tahun lamanya; sehingga gantinya mati karena penyakit, ia mati karena usia tua yang baik. Sebetulnya, bahkan selambat-lambatnya sampai kepada Abraham jarang sekali terdapat kematian orang-orang yang mendahului kematian para orangtua mereka sehingga Ilham mengambil kesempatan untuk mencatat bahwa “Haran mati men-dahului ayahnya Terah”. Kejadian 11 : 28.

Lembu, sebagaimana kita ketahui, mampu mempertahankan tenaga yang kuat dan kesehatan yang sempurna dari rata-rata 20 persen biji-bijian dan 80 persen rerumputan, tanpa menggunakan daging, sebagai makanannya. Gajah bahkan dari biji-bijian yang lebih sedikit mempertahankan kesehatannya yang baik, mencapai kekuatan raksasa, dan sampai mencapai usia yang panjang. Sebaliknya, anjing, sekalipun binatang pemakan daging, ia tidak mungkin dapat mempertahankan kesehatan yang baik dari daging saja. Hanya melalui naluri ia tahu bahwa ia pun harus membantu dirinya sendiri mendapatkan biji-bijian dan sebagian rumput, sedangkan binatang pemakan rumput bahkan sama sekali belum pernah merasakan daging, --- fakta-fakta kenyataan ini membukti-kan, bahwa suatu makanan tumbuh-tumbuhan yang seimbang, di dalamnya sendiri sudah lengkap, tetapi makanan daging sendiri tidak pernah lengkap. Satu-satunya binatang yang dapat hidup dengan baik oleh daging, walaupun tidak semuanya, ialah binatang yang memakan keseluruhan --- kulit, rambut, tulang, kuku, daging, dan semuanya. (Betapa sedihnya kenyataan, bahwa karena dosa yang terus menerus, maka kecerdasan manusia yang berasal dari karunia Allah yang berkenan dengan kebutuhan tubuhnya sendiri telah merosot lebih rendah daripada naluri binatang-binatang bisu!).

Di samping pemikiran-pemikiran ini, sambil memandang dalam kenangan ke belakang berabad-abad lamanya kita menyaksikan, bahwa orang-orang yang diberikan pekerjaan khusus, pekerjaan yang sangat penting, mereka juga diberikan makanan-makanan yang khusus, makanan yang sesuai dengan tugas mereka. Sebagai contoh, Yohanes Pembaptis, sebagai Elia pada zamannya (Matius 17 : 11 - 13; 11 - 14); yang telah diberikan tugas yang terbesar daripada semua nabi yang mendahuluinya --- bukan untuk meramal, melainkan untuk mempersiapkan jalan Tuhan, untuk meluruskan yang bengkok, dan meratakan tempat-tempat yang berbatu-batu (Yesaya 40 : 3, 4) --- ia adalah seorang penganut pertarakan yang ketat yang hidup dari buah locust dan madu (Matius 3 : 4; Lukas 1 : 15).

Jadi bukankah lebih penting lagi, agar kita yang membawa pekabaran Elia zaman ini, yaitu pekabaran yang mendahului hari Tuhan yang besar dan mengerikan itu, supaya harus menjadi penganut pertarakan (vegetarian) yang ketat seperti Yohanes?

Lagi pula, makanan dan Pergerakan Eksodus (Pergerakan yang dahulu muncul memberikan contoh mengenai suatu eksodus yang kedua --- Yesaya 11 : 16 --- Eksodus yang akan datang keluar dari antara semua bangsa dan untuk membangun Kerajaan di akhir zaman --- Mikha 4 : 1, 2), adalah pertarakan yang ketat sampai kepada hari ia itu menginjak kaki di tanah perjanjian, empat puluh tahun keseluruhannya (Yosua 5 : 6). Ya benar, mereka bernafsu menginginkan periuk-periuk daging Mesir, karena mengira bahwa pembatasan itu adalah disebabkan karena keadaan yang berubah --- bahwa daging, sungguhpun sangat penting, tidak tersedia di padang belantara. Dan pada waktu itulah secara tak disangka-sangka oleh mereka AKU yang besar itu telah mendatangkan burung-burung puyuh langsung ke dalam perkemahan mereka, oleh mana beribu-ribu dari mereka itu mati bahkan selagi daging burung-burung itu masih terdapat di antara gigi-giginya (Bilangan 11 : 33). Betapa tragisnya! Suatu teladan yang harus dipandang! Kini karena cukup mengerti bahwa Pergerakan itu merupakan sebuah contoh dari Pergerakan yang sedang bangkit di waktu ini, dan bahwa kelalaian-kelalaian dari yang terdahulu itu harus menjadi batu loncatan bagi yang terkemudian (1 Korintus 10 : 11), maka tidak seharus-nyakah kita berterima kasih dan ber-gembira karena telah diberikan suatu makanan yang lebih baik daripada yang masih dimakan oleh binatang-binatang pemarah sekarang ini?

Dan bukankah seharusnya kita dengan gembira menuruti imbauan Ilahi yang berupa contoh teladan itu untuk meninggalkan makanan daging, supaya kekuatan dan tabiat kita dapat sama sesuai tugas kita? Hanya oleh berbuat sedemikian itu kita akan menyesuaikan diri kita bagi tugas dan bagi Kerajaan itu, dimana “serigalapun akan tinggal bersama-sama dengan anak domba, dan macan tutul akan berbaring bersama-sama dengan anak kambing; dan anak lembu dan singa muda akan memakan rumput bersama-sama, dan seorang anak kecil akan menggiring mereka. Dan lembu dan beruang akan makan bersama-sama; anak-anaknya akan berbaring bersama-sama; dan singa akan memakan rumput seperti lembu. Dan anak yang menyusu akan bermain di atas lubang ular tedung, dan anak yang lepas susu akan mengulurkan tangannya ke sarang ular beludak. Mereka tidak akan lagi melukai ataupun merusak di dalam seluruh gunung kesucian-Ku; karena bumi akan penuh pengetahuan akan Tuhan, bagaikan segala air yang menutupi lautan”. Yesaya 11 : 6 - 9. Tidakkah kita sekarang sebagai manusia-manusia yang cerdas, calon-calon bagi Kerajaan itu yang diterangi Ilahi, yang diberi kesempatan untuk mempersiapkan jalan bagi suatu hari yang sempurna dan berbahagia sedemikian ini, meninggalkan makanan daging sebelum singa-singa dan ular-ular itu meninggalkannya?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar